PART 5 : BE YOUR FRIEND
“seandainya aku tidak terlalu bersemangat saat itu”ucap Jimin. seohun mengetahuinya sekarang, kenapa ia menjadi seorang yang berhati dingin dan kaku.
“seandainya aku tidak mengajaknya keluar”ucap jimin lagi. Seohun menatap Jimin iba. Ingin sekali ia menenangkna Namja didepannya ini, tapi bagaimana caranya ??
“INI SALAHKU !!”teriak Jimin.
Seohun tersentak. Kemudian mendekati Jimin, mengelus pundaknya dengan ragu.
“ini bukan salahmu Jimin-ah”jawab Seouhun. “itu sudah Takdir”lanjutnya.
Jimin menatap manik Seohun dengan tatapan.. yang sulit diartikan menurut Seohun. Dan membuat nyali Seohun menciut.
“APA YANG KAU TAHU ?! INI SEMUA SALAHKU !!”teriaknya lagi. Mata Seohun membelalak, ia kaget akibat teriakan Jimin.
“bukan, itu semua sudah takdir yang memang sudah ada jalannya”ucap Seohun. Jimin menatap Seohun tajam.
“KAU TAHU APA ?! KAU BAHKAN TIDAK MENGENALKU SAMA SEKALI !! INI SALAHKU !!” ucap Jimin. Seohun memang tak tahu apa-apa tentang Jimin. tapi ia tahu ini bukan salah Jimin.
“Oke !! INI SEMUA SALAHMU.. MEREKA MATI KARENAMU !!”ucap Seohun. Ia tak tahu harus melakukan apa.
Tangan jimin bergetar, bahunya yang tadinya bergetar kini semakin hebat getarannya.
“ORANG TUAKU MATI KARENAKU !!”ucap Jimin. air mata itu keluar dari kelopak mata milik Jimin.
“BETULL !! ITU KARENAMU”ucap Seohun.
Sebenarnya ia tak tega menyalahkan apa yang telah terjadi pada Jimin. tapi jika itu membuat hati Jimin tenang dan membuat bebannya sedikit terangkat. kenapa tidak ??
“YEOCHIN-KU MATI KARENAKU !!”ucap Jimin masih dengan nada suara tinggi.
Kali ini Seohun hanya diam, menunggu ucapan apalagi yang akan dilontarkan oleh Jimin.
“Seandainya aku tidak membawanya pergi..”lirih Jimin. “seandainya Orang tuaku tak ingin melihatku malam itu juga.. semuanya akan baik-baik saja”lanjutnya.
Kali ini Seohun memeluk Jimin dengan tujuan agar Jimin tenang. Dengan bahasa tubuh yang Seohun berikan ini mengartikan bahwa-semua-akan-baik-bak-saja.
“semua itu takdir Jimin-ah.. tak ada yang mengetahui jika malam itu akan terjadi, kau tak bisa menyalahkan dirimu sendiri.. itu semua sudah ada garis takdirnya masing-masing”ucap Seohun masih memeluk Jimin.
Jimin terdiam dalam pelukan Seohun. Terasa nyaman dan hangat bagi Jimin jika berada dalam pelukan Seohun. Ia mendengarkan apa yang dikatakan Seohun, seohun benar jika semua ini sudah ada jalannya. Tak ada yang bisa membantah dan mencegah apa yang akan terjadi.
“go..gomawo Seohun-sshi”ucap Jimin. seohun melepaskan pelukannya, kemudian tersenyum hangat kepada Jimin. hingga akhirnya Jimin tersadar..
“Yaa !! apa yang kau lakukan padaku eoh ??”Ucap Jimin. ia segera manjauhkan badannya dari Seohun. Seohun tersenyum tulus. Sangat tulus di mata Jimin.
“aku hanya ingin kau tenang dan berhenti menyalahkan dirimu sendiri Jimin-ah”ucapnya. Jimin memandang Seohun tak mengerti.
“Aish.. sudahlah kau tak akan pernah mengerti Park Jimin”ucap Seohun.
Jimin meraba pipinya yang masih biru-yang mungkin penyebabnya- karena pukulan. Kemudian meringis kesakitan.
“dan sebenarnya.. kenapa dengan wajahmu itu ??”Ucap seohun. Telunjuknya menunjuk wajah Jimin yang lebam. “bagaimana bisa kau terkena pukulan ??”lanjutnya.
“sudahlah.. aku terlalu banyak bicara denganmu”ucap Jimin. ia mengangkat tasnya hendak pergi dari tempatnya sekarang ini.
“ya !! apa kau mau pergi ?? bahkan kau belum ku obati Jimin”ucap seohun. Jimin tak menggubris ucapan Seohun, ia terus saja berjalan menuju pintu keluar. “DAN NAMAKU LEE SEOHUN !! KAU BISA MEMANGGILKU SEOHUN !!”lanjut Seohun. Kali ini ia berteriak dengan tujuan agar Jimin dapat mendengarnya. Dan benar saja, Jimin dapat mendengarnya bahkan sampai pintu keluar Kafe milik Seohun.
Jimin menggelengkan kepala. Bagaimana bisa ada makhluk aneh seperti dia. Dan karena ke-anehannya Seohun sangat mirip dengannya.
***
Brukk !!
Ia menjatuhkan badannya ke sofa empuk miliknya. Semua tulangnya serasa remuk saat ini.
“Aiisshh... orang itu ingin memukulku atau ingin membunuhku ??”Gumamnya.
Memang.. ia menyuruh orang untuk memukulnya, tentu saja dengan sebab tertentu. Penyebabnya tak lain adalah karena rasa bersalah yang selalu menghantuinya selama 3 tahun ini.
karena hari ini adalah tepat dimana tragedi itu terjadi. Ia ingin dirinya merasakan bagaimana rasanya menjadi 3 orang yang selalu ia sayangi dan tentu saja menyayanginya.
“kenapa sekarang perasaanku lebih lega ??”ucap Jimin. ia melepas sepatu yang ia pakai kemudian beralih mengambil Remote tv nya. “apa karena sudah kuceritakan pada Yeoja Cerewet itu”lanjutnya. Ia menyalakan Tv di depannya.
“Aissh... kenapa juga aku memikirkan hal ini ??”ucap Jimin. ia menggonta-ganti chanel TV-nya. “dan juga kenapa tidak ada satupun film yang bagus ??”ucapnya lagi.
Ia mematikan TV-nya kemudian melangkah menuju kamarnya. Luka di wajahnya sudah mengering, namun tetap saja luka itu masih belum ia bersihkan. Mungkin jika hanya ia basuh dengan air akan menghilang dengan sendirinya.
***
Sinar mentari yang masuk melalui celah-celah gorden kamar Namja satu ini berhasil membangunkan pemilik kamar tersebut.
Beberapa kali ia mengerjapkan matanya mencari kesemimbangan cahaya yang akan diterima oleh pupil matanya.kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang terletak tak jauh dari kamarnya. Segera ia masuk kemudian membersihkan badannya.
Namja itu-Jimin- seperti biasa ia melangkahan kaikinya menuju sekolahnya. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, hari ini ia berangkat tidak sendiri, melainkan bersama yeoja yang pernah menolongnya waktu itu.
Meskipun ia sudah berkali-kali berkata bahwa ia tak ingin berangkat bersama orang lain-terutama bersama yeoja- tapi Yeoja itu tetap memaksa ingin berangkat bersama ke sekolah.
“Bisa kau diam ?? mulutmu besar sekali”ucap Jimin. ia sudah kesal mendengar Yeoja disampingnya ini terus berbicara.
Yeoja hanya menunjukkan cengiran bodohnya. Jimin hanya memutar bola matanya. Bagaimana bisa ia dapat berteman dengan Yeoja bodoh disampingnya, meskipun dalam hal pelajaran ia cukup pintar. Tapi, dimata Park Jimin ia adalah seorang adalah seorang Yeoja bodoh. Bukan !! dia bukan hanya Bodoh melainkan Idiot !!
“kenapa ?? kenapa aku tak boleh berbicara ?? aku mempunyai mulut”balas Yeoja itu. “dan Park Jimin-sshi coba kau lihat sekali lagi, mulutku ini tidak besar”lanjutnya.
Jimin menghela nafasnya. “apa kau tidak malu mempunyai mulut besar seperti itu Lee Seohun-sshi ??” tanyanya. Seohun yang ditanya seperti itu hanya mendengus kesal.
“meskipun begitu, aku masih mempunyai hati tak sepertimu” Gumam Seohun. Meskipun hanya gumaman, Jimin masih tetap bisa mendengar apa yang dikatakan Seohun.
“Mwoo ?!!” Jimin menatap tajam manik mata Seohun. “ooppss !!” Seohun membungkam mulutnya segera, kemudian mengambil seribu langkah sebagai satu-satunya jalan jika ia masih ingin melihat teman-temannya di sekolahnya.
“Yaa !!! LEE SEOHUN, BERHENTI KAU !!” Teriak Jimin. kemudian berlari mengejar Seohun yang sudah berlari mendahuluinya.
***
“Berani-beraninya kau !!”ucap Jimin. dengan segera ia memiting leher Seohun. Seohun meringis kesakitan. Tangannya sudah ia gunakan untuk memukul lengan jimin. namun apa daya, kekuatan Jimin lebih besar dari pada miliknya.
“jimin lepaskan !!”teriaknya. hal ini membuat beberapa siswa yang melewati mereka menoleh. Benar saja, mereka berdua sedang berada di taman belakang sekolah yang -memang- sepi.
“Namja ini benar-benar kasar”batin Seohun. Sedetik kemudian terlintas ide gila di benaknya. Di sudut bibirnya sudah terlihat senyuman licik yang ia punya.
Bruukk...
Badan Seohun ambruk membuat Namja yang sedari tadi memiting leher Seohun tersentak. Antara kaget dan juga bingung. Akhirnya kaki berada tepat di sebelah lengan Seohun ia gunakan untuk menyengol lengan Seohun.
“Seohun bangun.. apa yang kau lakukan ??”ucap Jimin. ia mendecak kesal, bagaimana bisa ia menanyakan hal yang menurutnya bodoh dengan orang pingsan ??
“Aissh.. Lee Seohun Bangun..!! kau membuatku khawatir”ucapnya lagi. Akhirnya ia berjongkok dan menepuk-nepuk pipi milik Seohun.
Jimin khawatir dengan Yeoja di hadapannya sekarang. Sedangkan Seohun, ia mati-matian menahan ketawa yang akan meladak keluar begitu saja dari mulutnya.
“Lee Se...”belum usai Jimin mengucapkan kata yang akan keluar dari mulutnya. “BAAHH !!” Sentak Seohun. Detik berikutnya ia mengeluarkan ledakan tawa yang ia tahan mati-matian itu.
Jimin tersentak. Matanya yang bulat kini semakin membulat. “apa yang terjadi tadi ??”benaknya. melihat Seohun yang kini masih tertawa Jimin merubah ekspresinnya, yang tadinya terkejut sekarang Marah. Bukan hanya marah kekecewaan juga mendominasinya sekarang. Tatapan yang tadinya sendu berubah tajam.
“ini tidak lucu Lee Seohun”ucapnya dingin. Seohun yang tadinya tertawa seketika berhenti tertawa ketika mendengar ucapan Jimin yang dingin –dan menusuk.
“kau kenapa ?? itu tadi sangat lucu Jimin-ah”ucap Seohun. Ia tertawa kecil sambil memukul pelan lengan kekar milik Jimin.
Jimin menatap Seohun tak percaya “KAU KIRA BERPURA-PURA PINGSAN ITU LUCU ?!”ucap Jimin. kini suara bass miliknya Menggema di seluruh taman yang mereka pijaki sekarang.
Seohun menundukkan kepalanya, surai hitam miliknya -yang memang tidak ia kuncir- kini terurai bebas menutupi wajahnya. Ia takut, bahkan tangan dan badannya bergetar mendengar teriakan, bukan –lebih tepatnya sentakan Jimin tadi.
“APA KAU KIRA BERBOHONG ITU LUCU ?!” sentak jimin.nafasnya naik-turun karena menahan amarah yang memuncak. Kemudian ia menatap kepala Seohun yang menunduk.
Bahu milik Seohun kini bergetar hebat. Ia menangis. Jimin melihat itu merasa antara iba dan tak tega. kekecewaan yang berada di benaknya kini sedikit demi sedikit menguar karena melihat Seohun yang menangis sesegukan.
Akhirnya tatapan tajam milik Jimin kini terganti dengan tatapan sendu miliknya. Ia mencondongkan badannya untuk mensejajarkan badannya dengan milik Seohun. Kedua tangannya terulur menyentuh kedua bahu milik Jimin.
“ma..afkan aku Jimin”ucapnya dengan terbata karena sesegukan. Dengan segera Jimin mendekap tubuh Seohun, mennyalurkan kehangatan pelukan yang dimilikinya.
“kau tidak perlu minta maaf”ucap Jimin. kemudian menatap manik mata milik Seohun. “terima kasih sudah menjadi temanku, menemaniku disaat dunia tak mengharapkan aku bahagia.”lanjutnya.
Air mata itu mencelos begitu saja dari mata indah milik Seohun. Detik berikutnya Seohun tersenyum “aku akan selalu menjadi teman yang akan memberikan sandaran saat kau lemah dan rapuh. Atau pun aku bahkan rela terjatuh bersama ketika kau jatuh dan bangkit bersama menjalani kehidupan yang mungkin lebih keras dan pelik dari sebelumnya”
Jimin kembali memeluk tubuh ramping milik Seohun. “dan seharusnya kau tidak perlu melakukan hal bodoh seperti itu”ucap Jimin “berpura-pura pingsan agar aku melepaskan tanganku”lanjutnya.
Seohun hanya menyengir, menunjukan deretan gigi yang terihat putih dan rapi itu. Jimin mendengus bosan melihat hal itu. ia sudah mengetahui sifat bodoh temannya itu.
Oleh : Intan Dwi Ambarwati
Nb. Cerita ini udah aku post di akun wp aku, jadi maklumilah kalo sama persis:) boleh sekalian juga, kunjungin akun wp aku: IntanArmy